Tampilkan postingan dengan label movie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label movie. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 April 2012

Teaser Perahu Kertas




Inilah film yang saya tunggu tahun ini selain 5 cm

Berbeda dengan 5 cm yang dengan perlahan tapi pasti memberitahukan nama-nama pemainnya, Perahu Kertas sama sekali tidak memberi clue apapun tentang pemainnya

Sampai akhirnya kemarin Hanung Bramantyo, sang sutradara, lewat twitternya memberi link terkait teaser Perahu Kertas the movie

Rasa penasaranpun akhirnya terpecahkan :)

Untuk soal casting, saya suka dia yang memerankan Kugy meskipun saya tahunya dia memerankan cewek kalem gitu, beda banget dengan Kugy yang nyeleneh dan nyentrik

Untuk yang jadi Keenan terakhir lihat aktingnya itu di Kepompong, dan biasa aja sih, tapi di film sebelumnya dia katanya dapat sambutan baik dari penonton, ya dilihat saja nanti

Untuk yang jadi Remi saya suka! :D Sebenarnya pernah nebak kalau itu dia setelah lihat foto siluetnya yang diupload di twitternya Perahu Kertas dan ternyata benar!

Semoga filmnya mewakili isi novelnya :)

http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/film-perahu-kertas-rilis-debut-teaser-trailer.html

"Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu kemana harus berlabuh"

Minggu, 18 Desember 2011

How Sweet Samwise Gamgee ;)

These are a part of Lord of The Ring : The Fellowship of The Ring when Frodo Baggins starts doubt his partners
And he decided to went along by hisself
Unfortunately, there was Samwise Gamgee, who always by his side



How sweet

Selasa, 22 November 2011

GIE

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Other
Agaknya cukup telat juga saya memposting review film ini
Gimana enggak, film ini diproduksi tahun 2005, tapi berhubung kemarin saya baru menontonnya lagi, saya jadi ingat dengan resensi yang saya buat 3 tahun yang lalu ini
Yah tepatnya "tugas resensi" hehhhe

Jadi reviewnya seperti ini : cekidott

Soe Hok Gie lahir tanggal 17 Desember 1942. Gie adalah orang yang gila membaca, dimanapun tempatnya dia pasti membaca. Sejak kecil Gie sudah berani mengutarakan pendapatnya dan dia tidak segan-segan melawan orang yang berbeda pandangan dengannya, termasuk gurunya. Dan karena itulah nilai Gie yang seharusnya baik jadi dikurangi. Dan yang lebih parah lagi, Gie tidak naik kelas.

Gie mulai menulis ketika SMU. Dan setelah itu dia seperti “keranjingan” menulis. Gie kuliah di jurusan Sejarah Fakultas Sastra UI dan Gie punya 3 sahabat yang selalu mendampingi dan mempercayainya. Mereka adalah Ira, Deni, dan Herman. Mereka menghabiskan waktu luang mereka untuk menonton film dam mendaki gunung. Ketika banyak partai yang masuk kampus untuk mencari anggota, Gie sama sekali tidak tertarik dengan partai-partai itu, contoh: GMNI, HMI, PMKRI. Gie berfikir kalau partai-partai itu memihak pada salah satu paham, karena Gie sendiri adalah orang yang tidak mau terikat dengan itu. Tapi ketika ditawari oleh Ben, pemimpin GMSOS untuk bergabung, Gie setuju. Sebenarnya Gie tidak langsung menerima tawaran tersebut, tapi ketika Herman Lantang dicalonkan menjadi Ketua Senat Gie menerima tawaran itu agar GMSOS membantunya dalam pencalonan Herman Lantang sabagai Ketua Senat yaitu dalam hal mencari pendukung dengan menyebarkan brosur. Dan akhirnya Herman Lantang terpilih sebagai Ketua Senat Fakultas Sastra UI. GMSOS juga membantu Gie ketika para mahasiswa UI berdemo di jalan untuk menjatuhkan Soekarno dan agar Soekarno mau membubarkan PKI..

Tahun 1963 Soekarno diangkat sebagai presiden seumur hidup. Gie pernah diundang bertemu dengan Soekarno sebagai anggota delegasi pemuda-pemuda yang setuju asimilasi untuk “minta restu”. Gie dan ketiga temannya itu sangat suka naik gunung. Karena kesenangannya itulah mereka berempat berinisiatif membentuk MAPALA-UI. Dan nama Mapala itu sendiri adalah ide dari Gie.


Januari 1966 Soekarno berpidato, dalam pidatonya itu Soekarno akan menaikkan harga BBM. Lalu pada Februari 1966 Soekarno berpidato lagi kalau harga BBM belum turun dan PKI tidak dibubarkan.

Gie bertemu dengan teman kecilnya, Han. Tapi ternyata Han adalah orang PKI. Gie sebenarnya sudah membujuk Han agar keluar dari PKI tapi Han tidak mau dengan alasan bibinya sedang sakit-sakitan dan dia sedang butuh uang untuk membiayai hidup mereka denga menjual pernak-pernik PKI. Selain itu Han tidak tahu harus pindah kemana dari “perkomplekan” PKI, tempat tinggalnya saat ini.

Gie akhirnya mengabdikan dirinya pada tempat yang mendidiknya, yaitu di UI sebagai dosen. Ira menjadi asisten dosen sejarah, Herman pergi ke Irian Jaya untuk meneruskan hobi panjat gunungnya ( tidak dijelaskan nasib Deny selanjutnya ). Meski menjadi dosen, Gie masih tetap menulis, bahkan tulisannya menjadi lebih berani lagi. Salah satunya adalah tulisannya tentang pembunuhan besar-besaran di Bali terhadap para pengikut PKI yang menewaskan 80000 orang, yang setelah diselidiki oleh Gie, Han menjadi salah satu korbannya. Puncak dari pikiran gila dan berani Gie yang disebabkan karena kesepian dirinya adalah tulisannya tentang kejelekan mahasiswa UI. Sejak saat itulah semua orang serasa menjauh darinya, menghilang dari pandangannya. Teman, pacar, murid, bahkan Ira sahabatnya serasa enggan untuk melihatnya.

Dalam pikiran yang penuh frustrasi itu Gie memutuskan untuk naik ke Gunung Semeru, gunung yang selam ini belum pernah dipanjati Gie. Sebelum berangkat Gie menulis surat kepada Herman agar mau menyusulnya ke Semeru. Di Semeru Gie menulis surat kepada Ira, sahabat sekaligus cinta sejatinya. Gie meninggal di Semeru tanpa diketahui dengan jelas apa penyebabnya. Gie meninggal di pangkuan Herman. Dan surat Gie untuk Ira disampaikan oleh Deni.

Inilah puisi terakhir Soe Hok Gie

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah,
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di wiraza,
Tapi aku ingin menghabiskan waktu ku disisi mu sayang ku….
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandala wangi

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
Ada bayi-bayi yang lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati disisi mu manisku

Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tidak satu setan pun tahu
Mari sini sayangngku
Kalian yang pernah mesra Yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas Atau awan yang menang

Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa

Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah berumur tua

Berbahagialah mereka yang mati muda
Mahluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah dalam ketiadaanmu


Tanggapan :
Ide Riri Riza untuk membuat suatu perbedaan di dunia perfilman Indonesia menurut saya cukup bagus. Apalagi film yang berbudget “wah” ini juga cukup bagus. Indonesia saat ini perlu mengenang kembali sosok manusia yang berani mengutarakan pendapat dan gigih mempertahankannya sperti Soe Hok Gie, mungkin itu yang ada dibenak Riri Riza sebelum membuat film ini. Menurut saya, pemuda-pemuda Indonesia sekarang ini harus meniru Soe Hok Gie dalam memberantas korupsi yang makin merajalela di Indonesia. Dalam membuat film tentang biografi seseorang, yang paling penting adalah bagaimana sang actor dapat menjadi tokoh yang diceritakan, dan menurut saya Nicholas Saputra sudah melakukan tugasnya dengan baik. Selain itu suasananya juga benar-benar terasa tahun 60-an. Tapi dibalik itu semua ada yang mengganjal pikiran saya, yaitu pada adegan demonstrasi mahasiswa UI. Padahal di adegan itu, para kru film dituntut untuk teliti, seperti dalam pemakaian jas almamater UI, mengumpulkan orang sebanyak mungkin dengan orang-orang yang berpotingan rambut seperti zaman itu. Tapi kenapa adegan itu muncul tidak sampai 1 menit padahal persiapannya sebegitu rumitnya. Ya saya hanya menyanyangkan itu saja. Tapi saya sangat senang bias menonton film GIE karena akhirnya saya tahu kalau Indonesia pernah punya sosok aktivis yang berani mengutarakan pendapatnya.

Hmm.. kinda nostalgic with high school X)

Sabtu, 03 September 2011

Pay It Forward ?

Saat iseng membaca notes teman saya, saya menemukan sebuah notes yang berisi review dari sebuah film yang sangat jadoel sekali. "Pay It Forward" nama film itu. Percaya atau tidak pertama kali saya tahu film ini adalah dari majalah Bobo yang suka saya baca waktu saya masih SD, mungkin 10 tahun yang lalu. Dan sampai saat ini saya masih belum pernah menonton film ini. Dan sampai saat ini pun saya masih penasaran dengan film ini. Yang saya ingat saat membaca resensi film ini dulu di Majalah Bobo itu film ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang mencoba melestarikan gerakan "Pay It Forward", yang intinya adalah gerakan meneruskan kebaikan kepada orang lain.
Jadi anak laki-laki ini (kalau tidak salah) dia akan mencoba membantu seseorang disekelilingnya lalu menyarankan kepada orang yang telah dibantunya itu untuk meneruskan kebaikan itu ke 3 orang lain lagi.
Yah cukup  itu saja sih yang saya ingat hehhhe
Lalu saya coba googling saja film ini dan saya temukan artikel ini disini

(Is it possible for one idea to change the world? Sometimes The Simplest Idea Can Make The Biggest Difference.)

What did you ever do to change the world?
Dunia ini sudah memberikan banyak hal kepada kita, namun apa yang telah kita berikan kepada dunia yang makin tua dan makin tidak ramah ini? Pertanyaan filosofis ini diberikan oleh Eugene (Kevin Spacey) kepada murid-muridnya. Berangkat dari pertanyaan, Eugene memberikan tugas kepada para muridnya untuk membuat sebuah program nyata, demi mewujudkan dunia yang lebih baik. Berbagai ide dikemukakan, namun ide Trevor (Haley Joel Osment) yang mampu menarik minat Eugene.
Idenya simple, dimulai dengan sebuah memberikan bantuan kepada orang yang dirasa membutuhkan. Bantuan tersebut bukannya tanpa pamrih. Sebagai balasannya, orang yang telah dibantu tersebut diharapkan membalas bantuan yang diberikan kepada tiga orang lain yang membutuhkan bantuan.

Thorsen: I thanked him and there were some very specific orifices in which I was told to shove my thanks. He told me, "Just pay it forward." Three big favors for three other people. That's it.

You don’t pay back a favor, you pay it forward.
Berkaitan dengan idenya, Trevor mempunyai tiga orang menjadi sasaran proyek Pay it Forward tersebut. Pria tuna wisma yang kumuh (James Caviezel), berusaha menjalinkan ikatan cinta antara gurunya, Eugene, dengan ibunya, Arlene (Helen Hunt) dan membantu temannya yang selalu mendapatkan penganiayaan. Namun ternyata, apa yang dia programkan satu demi satu menemui kegagalan. Bukti bahwa, kadang sebuah niat baik tidak selalu mendapatkan hasil positif. Hal ini menyebabkan Trevor sedih dan frustasi.
Namun tanpa Trevor sadari, gerakan Pay it Forward tersebut, secara perlahan mulai menyebar ke kota lain. Hal ini menarik minat seorang wartawan, Chris (Jay Mohr). Nalurinya sebagai wartawan merasa terusik dan dimulailah investigasinya untuk menemukan orang yang mencetuskan Pay it Forward tadi.
Selama ini kita mengenal konsep MLM di bidang ekonomi (penjualan). Apa jadinya kalau konsep tersebut diterapkan kepada sesuatu yang sifatnya humanis? Pay it Forward lah jawabannya. Bayangkan kalau setiap manusia di dunia melipat gandakan kebaikan yang mereka terima? Konsep ini mungkin dirasakan terlalu idealis (atau utopis?) bagi sebagian orang, namun bukannya tidak mungkin untuk diwujudkan. Dibutuhkan sebuah kemauan, keberanian serta keyakinan untuk sebuah dunia yang lebih baik.

I guess it's hard for people who are so used to things the way they are - even if they're bad - to change. 'Cause they kind of give up. And when they do, everybody kinda of loses.

Bahkan, Trevor yang mencetuskan konsep Pay it Forward pun sempat mengalami keraguan akan keberhasilan konsep tersebut. Namun setelah melihat hasilnya di akhir film, penonton diajak untuk memahami satu hal penting yakni, bahwa sebuah niat baik pasti berbuah kebaikan pula pada akhirnya. Kalaupun kebaikan belum memperlihatkan hasil, kita hanya bisa bersabar dan yakin, kebaikan kita tidak akan sia-sia.
Pay it Forward kalau dicermati mengisahkan orang-orang yang terluka (tersakiti), dan bagaimana usaha mereka dalam menyembuhkan luka tersebut, karena sebuah luka/sakit yang tidak segera ditangani hanya akan membuat beban dunia makin berat. Dibutuhkan sebuah usaha bersama untuk menyembuhkan sebuah dunia yang sakit.

Do me a favor… save my life.

Pay it Forward menjadi salah satu film yang patut ditonton, terutama bagi mereka yang sedang mengalami kegamangan akan hidup. Siapa tahu setelah melihat film ini akan mendapatkan pencerahan dan memandang dunia dengan lebih optimis. Meski terkesan tragis, akhir film ini menyiratkan aura optimisme, bahwa kebaikan masih akan bisa bertahan di atas bumi, sehingga mereka yang hidup diatasnya tidak perlu lagi bertanya “Is the world shit?”


Yak akhirnya saya jadi penasaran lagi dengan film ini. Mungkin ada yang bisa kasih saya link untuk download filmnya? hehhhe
Karena sepertinya akan susah kalau mencari di persewaan atau penjualan VCD mengingat film yang juadoel sekali ini.
Onegai