Kamis, 11 Desember 2014

[RESENSI] Hujan Matahari - Kurniawan Gunadi








"Ini buku orang introvert". Itulah kesan pertama saya setelah membolak-balik beberapa halaman pertama buku ini.
Sebagai orang introvert saya merasa memiliki pandangan yg sama dalam beberapa hal. Padahal bisa dibilang saya baru membaca tak lebih dari seperlima buku ini.

Buku ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Gerimis, Hujan, dan Reda
Pada bagian pertama, Gerimis, saya menemukan beberapa tulisan yg tidak asing lagi. Ya, sebagai pengikut tumblr penulis saya cukup intens membaca tulisan-tulisan penulis.
Pada bagian ini cerita yg disuguhkan serasa ringan dan serasa dekat dengan keseharian kita. Seperti yg saya ungkap di awal tadi, mungkin karena sesama "introvert".
Ringan karena banyak tulisan yg memuat tentang percakapan, tentang hal yg kita alami sehari-hari.
Dan beberapa kutipan favorit saya

Percayalah, di dunia ini hampir semua orang memakai topeng. Termasuk kamu, untungnya aku tidak mudah percaya dengan topengmu.
Hujan tidak pernah tahu dimana ia jatuh. Maka beruntunglah hujan yg jatuh di tempat yg tepat. Di tempat yg sedang membutuhkan hujan. Aku adalah tempat itu dan kamu adalah hujan."
Pada bagian pertama ini saya menyebutnya "mengenal". Penulis seakan memberi kesempatan pembaca untuk mengenal dirinya lewat tulisan-tulisannya yg ringan.

Pada bagian kedua tulisan yg disuguhkan mulai terasa "agak berat". Pada bagian ini kita seakan dapat melihat dunia dibalik kacamata penulis.
Pembaca diajak untuk membuka diri. Membuka diri kita  untuk melihat dunia lewat sudut pandang lain, sudut pandang penulis.
Beberapa kutipan favorit saya :
Memahami adalah sebuah proses penerimaan.
Akan selalu ada orang yg tidak menyukai kehadiran kita. Namun, percayalah bahwa selalu ada orang yg mengharapkan keberadan kita. Menanti dengan harapan. Dan kita tidak perlu datang untuk orang-orang yg benci. Tidak usah pedulikan. Sebab, kita datang untuk orang yg benar-benar mengharapkan kita. Bukan tentang siapa kita, tapi menyadari bagaimana kita ternyata begitu berharga bagi orang lain."

Untuk bagian ketiga berupa tulisan-tulisan pendek.
Beberapa tulisan favorit saya adalah Karena Apa?, Ada di Langit, Maukah Kau Mencoba Menjadi Angin.

Keseluruhan buku ini menceritakan tentang hubungan. Hubungan dengan "seseorang" yg kita harapkan untuk dipertemukan oleh-Nya. Dan percayalah setelah membaca buku ini Anda tak akan merasa "galau". Justru merasa yakin dan mantap untuk memperbaiki diri.

Jujur buku ini saya baca dengan kecepatan yg "agak ngebut". Setelah menyandang status sebagai pekerja kantoran, saya jadi punya sedikit waktu luang di hari biasa. Dalam sehari mungkin kalau sedang ingin membaca saya lakukan di malam hari, setelah pulang kantor. Itupun kalau tidak mengantuk atau sedang tidak ingin nonton film.
Tapi buku ini lain. Buku ini memaksa saya untuk sengaja memberikan jeda pada rutinitas saya. Sebelum memulai bekerja dan waktu istirahatlah yg saya gunakan untuk membaca buku ini. Hal yg jarang saya lakukan.
Saya seakan tak mau ketinggalan untuk menyelesaikan lembar per lembar dari buku ini.
Selama ini hanya segelintir buku yg saya baca ngebut. Kala Kali dan Life Traveler dari Windy Ariestanty, Sang Penjaga Waktu dan Selasa Bersama Morrie dari Mitch Albom, Perahu Kertas karya Dewi Lestari, dan Sabtu Bersama Bapak karya Adhitia Mulya adalah contohnya.
Saya seakan tidak rela untuk memberikan jeda ketika tenggelam dalam tulisan di buku-buku tersebut. Ya, seperti sekarang ini.

Kalau boleh menarik kesimpulan, mungkin yg saya suka adalah gaya tulisannya.
Buku favorit, pasti Anda punya. Tapi, penulis favorit?
Dapatkah Anda menyebutkan nama penulis favorit Anda?
Penulis yg karyanya selalu Anda tunggu.
Penulis yg gaya tulisannya begitu membuat Anda jatuh cinta.
Windy Ariestanty dan Mitch Albom adalah penulis favorit saya sejauh ini. Saya selalu suka gaya tulisannya, cara dia menceritakan sesuatu.
Mungkin, Kurniawan Gunadi ini bakal menjadi penulis favorit saya yg ketiga.
:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar