Kamis, 16 Oktober 2014

Alasan

"Alasan apalagi kali ini?", tanyanya padaku dengan senyum menyeringai seperti biasanya.
Dan seperti biasa pula, hanya bisa kujawab dengan senyuman.

"Kenapa tak kau coba saja?", tantangku balik.
Ini bukan kebiasaanku bertanya balik padanya.

"Aku tak tahu bagaimana cara membuat alasan.", jawabnya cepat.
"Kau tahu?
Itu seperti….. memaksa sesuatu,  yg tak mau muncul, untuk hadir karena sebuah ego.”, jawabnya dengan terbata-bata.
Tapi aku tahu jawabannya mengandung suatu keyakinan dalam dirinya.
Dan justru itu yg membuatku tertantang untuk meladeninya.

"Cepat atau lambat kau pasti akan menggunakan berbagai alasan untuk bertahan hidup.
Manusia tak akan lepas dari alasan.
Karena hanya dengan alasanlah, manusia menemukan pembenaran.
Dan manusia, selalu butuh pembenaran akan dirinya sendiri.”, jawabku pasti.

Aku sendiri tak tahu darimana kudapatkan kata-kata itu.
Yang pasti setelah itu aku langsung bergegas pergi tanpa menunggu respon darinya.

Ini perbincangan terpanjangku dengannya. Padahal biasanya aku pasti meninggalkannya setelah pertanyaan pertamanya itu.
Tapi, mungkin sesekali bolehlah meninggalkannya dengan muka penuh tanda tanya seperti ini.


* terinspirasi dari perbincangan pagi dengan seorang teman yang merasa tak bisa membuat alasan